Showing posts with label news. Show all posts
Showing posts with label news. Show all posts

Enchantment of the Karo Highlands

Posted by Lambang Insiwarifianto Tuesday, July 13, 2010 0 comments for Hotel di Medan
Beautiful city highlands of Berastagi in Karo, located approximately 70 kilometers from Medan. Located at an altitude of 1300 meters, the city has a mild climate. Being here is fun because of the coolness of your nature will always feel.

Baca Selengkapnya ....

Medan Tourism Lack of in Promotion

Posted by Lambang Insiwarifianto Saturday, July 10, 2010 0 comments for Hotel di Medan
Various attractions in the city of Medan, North Sumatra tend to be less promotional tourists to visit the city was very lacking. "Sightseeing in Singapore very much, but due to lack of promotion, the interests of tourists visiting too minimal," said tour guide in Medan, M Joseph, Thursday (08/07/2010).

Baca Selengkapnya ....

Jaka and Dara Medan Must Qualified, knowledgeable and Intellect

Posted by Lambang Insiwarifianto Thursday, July 01, 2010 0 comments for Hotel di Medan
Jaka and Dara Election Committee 2010, chaired Medan Head of Culture and Tourism Medan Dra Rismaria Hutabarat audience to the Team Leader of PKK Medan Fatimah Hj Arifin Arifin Habibie Team PKK Office at Jalan Medan Rattan, Tuesday (22 / 6).

Baca Selengkapnya ....

Secretary of Medan Release City Tour Candidate Jaka and Dara

Posted by Lambang Insiwarifianto 0 comments for Hotel di Medan
Twenty-five pairs of candidates for Jaka and Dara Medan in 2010 which followed the City Tour to various tourist attraction in Singapore, Monday (28 / 6) morning released the Regional Secretary, Drs Fitriyus Medan City after attending a flag raising ceremony in the courtyard Office of the Mayor of Medan.

Baca Selengkapnya ....

Puting Beliung Masih Mengancam

Posted by Lambang Insiwarifianto Wednesday, September 24, 2008 0 comments for Hotel di Medan
Beberapa daerah di Sumatera Utara masih terancam angin puting beliung yang belakangan ini memporak-porandakan sejumlah rumah penduduk.

Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terutama saat panas matahari menyengat pada siang hari disertai awan menjulang tinggi atau awan Cumolonimbus pada sore hari.

Albertus Kusbagio, SSI, Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Wilayah I stasiun Bandara Polonia Medan mengatakan hal itu Senin (22/9).

Kusbagio menyebutkan, puting beliung diperkirakan masih berpeluang terjadi di kawasan Medan, Deliserdang, Langkat dan Simalungun, terutama kawasan pesisir pantai dan daerah terbuka yang tidak banyak pepohonan.

“Angin puting beliung masih ada namun untuk memastikan kapan dan dimana tempatnya susah diprediksi karena waktunya juga berlangsung cepat,” katanya lagi.

Menjawab pertanyaan tentang kawasan hampa udara (turbulens), Kusbagio menyebutkan biasanya terjadi di kawasan tempat badai tropis seperti Filipina.

Namun kalau di Indonesia turbulens atau angin berputar biasanya terjadi di kawasan Sumatera Selatan (Palembang), di mana terdapat permukaan tanah yang banyak terhampar rawa-rawa.
source: http://www.pemkomedan.go.id/news_detail.php?id=1673

Baca Selengkapnya ....

Masyarakat Disiapkan sebagai Tuan Rumah

Posted by Lambang Insiwarifianto Tuesday, September 23, 2008 0 comments for Hotel di Medan

Selasa, 23 September 2008 | 00:14 WIB

Padang, Kompas - Masyarakat asli di daerah dengan potensi pariwisata yang besar perlu dipersiapkan dengan baik menghadapi gelombang wisatawan yang akan masuk ke wilayah mereka. Bila ini tidak dilakukan, gegar budaya sangat mungkin terjadi.

Dari hasil penelitian antropolog Universitas Andalas, Sri Setyawati, pada kawasan wisata Mandeh di Kabupaten Pesisir Selatan diperoleh data bahwa masyarakat setempat kurang siap bila wilayah mereka terbuka untuk wisatawan. Kawasan Mandeh merupakan kawasan di pesisir pantai barat Sumatera yang mempunyai potensi alam luar biasa, antara lain dengan adanya aneka pulau kecil di sekitar kawasan itu.

Salah satu pulau di kawasan Mandeh, yakni Pulau Cubadak, telah dikontrak oleh pengusaha Italia selama 40 tahun. Nilai kontrak dengan pemuka masyarakat untuk jangka waktu 30 tahun pertama hanya Rp 15 juta. Dengan dikontraknya pulau tersebut, pengelola pariwisata bebas membawa turis asing masuk ke pulau itu. Aktivitas pariwisata ini tidak diikuti dengan kesiapan masyarakat setempat untuk menghadapi dunia pariwisata.

”Pengalaman dengan turis asing membuat penduduk asli memiliki proteksi dan pertahanan diri untuk tidak begitu saja menerima orang asing datang ke kampung halaman mereka. Persoalan ini bisa diatasi dengan mengadakan sosialisasi yang intensif terhadap masyarakat untuk mengurangi kekhawatiran mereka,” kata Sri, pekan lalu.

Sri mengatakan, salah satu yang bisa dipersiapkan pemerintah adalah bahasa asing, setidaknya bahasa Inggris. Penguasaan bahasa asing ini akan membuat masyarakat setempat bisa berkomunikasi dengan turis asing. Hal ini menjadi salah satu langkah untuk mendekatkan jurang pemisah antara masyarakat dan turis asing yang datang ke wilayah mereka.

Selain itu, aneka kisah asal- usul daerah, keistimewaan obyek wisata di kawasan ini, serta adat istiadat kampung juga bisa dijadikan salah satu jembatan untuk berkomunikasi antara masyarakat setempat dan wisatawan.

Salah satu persoalan yang juga bisa menjadi permasalahan dalam pengembangan pariwisata di sebuah kawasan adalah persoalan tanah. Pertanahan yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi perebutan antara masyarakat setempat dan kepentingan pariwisata. Pada satu titik, persoalan ini rentan menimbulkan masalah yang akan merugikan semua pihak. (ART)


Baca Selengkapnya ....

Halo Matahari di Atas Kota Medan

Posted by Lambang Insiwarifianto 0 comments for Hotel di Medan
Fenomena Alam karena Awan Cyrus
Selasa, 23 September 2008 | 00:12 WIB

Medan, Kompas - Halo matahari atau sinar di sekeliling lingkaran matahari terjadi di Kota Medan, Senin (22/9) sekitar pukul 11.00 hingga 13.00. Fenomena alam biasa ini muncul sewaktu-waktu saat matahari tertutup awan cyrus. Sinar diterima di Kota Medan redup karena terhalang awan.

Fenomena matahari yang terlihat seperti cincin ini juga memungkinkan terjadinya pelangi karena sinar matahari dibiaskan oleh awan.

”Maka seolah-olah suasana menjadi gelap saat itu,” tutur Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah I Sumatera Utara Ridwar Kamil, Senin.

Awan cyrus sendiri kemarin menaungi hampir seluruh Kota Medan sehingga fenomena alam ini bisa dilihat di seluruh Kota Medan. Ketinggian awan mencapai 20.000 kaki.

”Kebetulan suasananya juga cerah sehingga pelangi bisa terlihat,” kata Ridwar.

Pelangi muncul karena awan cyrus yang lembab dan mengandung air atau es memendarkan sinar matahari dalam tujuh warna pelangi. Ini seperti fenomena masuknya sinar putih dalam prisma kaca yang membiaskan tujuh warna pelangi.

Puncak halo sendiri terjadi saat matahari berada di titik kulminasi (titik paling tinggi) sekitar pukul 12.00. Setelah awan habis, biasanya menguap atau tersingkir oleh angin, matahari akan bersinar seperti biasa.

Sejumlah warga Medan menduga fenomena alam yang terjadi kemarin siang adalah gerhana matahari. Cuaca juga agak gelap karena sinar matahari terhalang awan cyrus yang biasanya tipis. Sementara pelangi muncul di lingkaran halo matahari.

”Tadi muncul pelangi saat ada gerhana matahari,” tutur anggota staf Kantor Pos Medan, M Noeh, yang tak bisa menyembunyikan rasa kagum pada alam.

Fenomena ini memang memunculkan matahari dalam cahaya yang indah. Sejumlah orang keluar rumah untuk menikmati sinar matahari yang indah. Banyak orang memotret suasana itu.

Fenomena serupa banyak terjadi di kota-kota di Indonesia. Beberapa media melaporkan halo matahari terjadi di Bandung pada September 2007, di Jakarta pada Maret 2004, dan di Makassar pada Oktober 2007.

Pada November 2007 dan Januari 2008, halo matahari juga kembali menghiasi langit Kota Jakarta.
Sejumlah pesan singkat masuk ke Redaksi Kompas dan warga mengatakan melihat fenomena alam kemarin siang. Kebanyakan warga menanyakan ada fenomena apa dan menduga terjadi adalah gerhana.

Warga yang memerhatikan langit tak segan berkirim pesan singkat untuk memberitahukan kepada orang lain. Namun, sebagian warga tidak memerhatikan apa yang terjadi dan menduga suasana mendung seperti biasa.
Menurut Ridwar, masyarakat masih ada yang berpikir bahwa fenomena ini menimbulkan penyakit atau mengganggu kesehatan. Ada pula yang menyimpulkan sebagai tanda-tanda bencana.
”Ini fenomena alam biasa yang bisa dijelaskan secara ilmiah,” kata Ridwar.
Pengalaman di beberapa kota itu juga menunjukkan warga yang tidak tahu biasanya menyangka gerhana. Namun, bagi mereka yang paham akan menikmati fenomena alam ini.
Di Bandung, seperti dilaporkan Kompas, pada tahun lalu warga menikmati fenomena alam ini.
Untuk itu, para guru sebaiknya menguasai informasi soal fenomena alam ini sehingga para murid bisa mengerti kejadian tersebut dan menerima penjelasan secara ilmiah sehingga masyarakat tidak kebingungan. (WSI)

Baca Selengkapnya ....