Enchantment of the Karo Highlands
Baca Selengkapnya ....
Hotel di Medan Voucher Harga Hotel murah, Tersedia hotel bintang dan non bintang di Medan Reservasi Booking melalui HikariVoucher
Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terutama saat panas matahari menyengat pada siang hari disertai awan menjulang tinggi atau awan Cumolonimbus pada sore hari.
Albertus Kusbagio, SSI, Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Wilayah I stasiun Bandara Polonia Medan mengatakan hal itu Senin (22/9).
Kusbagio menyebutkan, puting beliung diperkirakan masih berpeluang terjadi di kawasan Medan, Deliserdang, Langkat dan Simalungun, terutama kawasan pesisir pantai dan daerah terbuka yang tidak banyak pepohonan.
“Angin puting beliung masih ada namun untuk memastikan kapan dan dimana tempatnya susah diprediksi karena waktunya juga berlangsung cepat,” katanya lagi.
Menjawab pertanyaan tentang kawasan hampa udara (turbulens), Kusbagio menyebutkan biasanya terjadi di kawasan tempat badai tropis seperti Filipina.
Selasa, 23 September 2008 | 00:14 WIB
Padang, Kompas - Masyarakat asli di daerah dengan potensi pariwisata yang besar perlu dipersiapkan dengan baik menghadapi gelombang wisatawan yang akan masuk ke wilayah mereka. Bila ini tidak dilakukan, gegar budaya sangat mungkin terjadi.
Dari hasil penelitian antropolog Universitas Andalas, Sri Setyawati, pada kawasan wisata Mandeh di Kabupaten Pesisir Selatan diperoleh data bahwa masyarakat setempat kurang siap bila wilayah mereka terbuka untuk wisatawan. Kawasan Mandeh merupakan kawasan di pesisir pantai barat Sumatera yang mempunyai potensi alam luar biasa, antara lain dengan adanya aneka pulau kecil di sekitar kawasan itu.
Salah satu pulau di kawasan Mandeh, yakni Pulau Cubadak, telah dikontrak oleh pengusaha Italia selama 40 tahun. Nilai kontrak dengan pemuka masyarakat untuk jangka waktu 30 tahun pertama hanya Rp 15 juta. Dengan dikontraknya pulau tersebut, pengelola pariwisata bebas membawa turis asing masuk ke pulau itu. Aktivitas pariwisata ini tidak diikuti dengan kesiapan masyarakat setempat untuk menghadapi dunia pariwisata.
”Pengalaman dengan turis asing membuat penduduk asli memiliki proteksi dan pertahanan diri untuk tidak begitu saja menerima orang asing datang ke kampung halaman mereka. Persoalan ini bisa diatasi dengan mengadakan sosialisasi yang intensif terhadap masyarakat untuk mengurangi kekhawatiran mereka,” kata Sri, pekan lalu.
Sri mengatakan, salah satu yang bisa dipersiapkan pemerintah adalah bahasa asing, setidaknya bahasa Inggris. Penguasaan bahasa asing ini akan membuat masyarakat setempat bisa berkomunikasi dengan turis asing. Hal ini menjadi salah satu langkah untuk mendekatkan jurang pemisah antara masyarakat dan turis asing yang datang ke wilayah mereka.
Selain itu, aneka kisah asal- usul daerah, keistimewaan obyek wisata di kawasan ini, serta adat istiadat kampung juga bisa dijadikan salah satu jembatan untuk berkomunikasi antara masyarakat setempat dan wisatawan.
Salah satu persoalan yang juga bisa menjadi permasalahan dalam pengembangan pariwisata di sebuah kawasan adalah persoalan tanah. Pertanahan yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi perebutan antara masyarakat setempat dan kepentingan pariwisata. Pada satu titik, persoalan ini rentan menimbulkan masalah yang akan merugikan semua pihak. (ART)